Proyeksi Kadin, Daya Beli Masyarakat Kuartal II Belum Bergairah

By Admin

nusakini.com--Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksi, daya beli masyarakat yang turun sejak awal tahun ini akan kembali berlanjut pada semester II 2017. Masyarakat dinilai memiliki kecukupkan pemasukan, namun tetap menahan diri dan enggan melakukan konsumsi berlebih. 

Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, hal ini terlihat dari belum bergairahnya daya beli masyarakat meski telah mendapat guyuran Tunjangan Hari Raya (THR) jelang lebaran 2017. Alhasil, pertumbuhan dunia usaha masih terbilang stagnan. 

“Misalnya industri makanan dan minuman (mamin) tahun lalu pertumbuhannya bisa 50 persen, sekarang hanya 10 persen sampai 15 persen. Masyarakat uangnya ada tapi mereka tidak belanja dengan agresif,” ucap Rosan. 

Secara sektoral, menurut Rosan, stimulus dari THR kemarin, hanya terasa pada sektor konsumsi saja. Namun, perlu digarisbawahi bahwa pertumbuhannya juga tidak besar. Sementara itu, sektor komoditas dan sumber daya alam yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia juga belum bangkit. 

“Resources belum pulih benar. Jadi, investor yang mau tanam investasi masih mikir-mikir, perbankan juga,” imbuh Rosan. 

Rosan pun memperkirakan, daya beli masyarakat belum akan bergairah pada semester kedua tahun ini. Hal tersebut dipengaruhi adanya sentimen berupa ketidakpastian dari sisi politik. 

Di sisi lain, Rosan berharap daya beli masyarakat dapat terdongkrak oleh peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 yang saat ini tengah disusun pemerintah. Namun, untuk itu, belanja pemerintah harus lebih difokuskan kepada sektor produktif. 

“Yang harus dilihat apakah APBNP digunakan untuk sektor produktif, jangan hanya belanja rutin negara yang tak ada dampaknya pada masyarakat,” kata Rosan. 

Selain itu, daya beli masyarakat pun diharapkan dapat terdorong batalnya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk pelanggan berkapasitas 900 Volt Ampere (VA) dan tak naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji pada Juli hingga September. Pasalnya, masyarakat diharapkan dapat mengalokasikan dananya pada konsumsi lain, seperti pangan dan sandang. 

“Kebijakan pemerintah sudah bagus menurut saya tapi kalau psikologis masyarakatnya menahan, apapun kebijakan pemerintah, mereka masih bisa saja menahan,” pungkasnya. 

Sementara itu, hingga kuartal I 2017, tingkat konsumsi rumah tangga tumbuh sekitar 4,93 persen. Komponen tersebut memberikan kontribusi terbesar kepada pertumbuhan ekonomi yaitu sekitar 56,94 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 tercatat sebesar 5,01 persen.(p/ab)